MANUSIA AGUNG



MANUSIA AGUNG
KH. Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab

Hadirnya kita di Majlis Manaqib Sulthon Auliya Syekh Abdul Qodir Zaelani ini, tidak lain adalah untuk mendapatkan limpahan barokah dan karomah. Jika dalam hati ada sedikit saja dari sifat kesombongan maka hal itu akan menjadi hijab, akan menjadi penghalang akan datangnya barokah dan karomah kepada kita. Oleh karena itu di dalam Manaqib ini, kita tinggalkan semua atribut kita. Kita semua adalah sama, sebagai murid Hadrotu Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul 'Arifin ra. Manaqib tadi diawali dengan pembacaan ayat suci al-Qur'an. Dahulu Rasulullah pun pernah mengundang sahabat yang mampu membaca Al-Qur'an dengan suara merdu. Jika qori, membaca al-Qur'an dengan hati yang ikhlas disertai dzikrullah -seperti dalam tawasul; wal 'ulamaa irrosyidin, wal qurooiil mukhlisin....- dan yang mendengarpun hatinya ingat selalu kepada Allah, maka hal itu dapat menambah keimanan, membawa perubahan akhlaq. Wajilat Quluubuhum, dan dalam hadits nabi "Sekali hati orang tersentuh dengan sentuhan robbaniyah maka pahalanya lebih besar dari ibadah jin dan manusia. Hal ini sangat sulit ditemui diluar majlis-majlis tharekat.

Qori tadi membaca surat Faatir ayat 10 :
Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang sholeh dinaikan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.

Ketika seseorang mendekatkan diri kepada Allah dengan tadhorru, tawadlu maka dia akan terbawa agung. Karena agung itu milik Allah, kemuliaan itu milik Allah. Jika seseorang mengagung-agungkan diri tetapi dia tidak masuk kepada keagungan Allah maka keagungannya adalah semu. Seperti Mursyid kita -pangersa Abah- tidak pernah meminta kita untuk mengagung-agungkannya. Tetapi beliau terus menerus mendekatkan diri kepada Allah, maka Beliau diagungkan, dimuliakan oleh semua yang pernah menemuinya. Dengan apa kemuliaan itu bisa didapatkan? Dalam ayat tersebut terdapat kalimut toyyibu (perkataan-perkataan yang baik). Sebagian ahli Tafsir mengatakan bahwa perkataan yang baik itu ialah Kalimat Tauhid yaitu Laa Ilaha Ilallah. Dalam ayat lain disebutkan bahwa yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Petani, pedagang, pejabat, ulama yang memiliki ketaqwaan maka mereka itu mulia, agung. Keagungan dan kemuliaan itu tidak dapat diukur dengan banyaknya harta benda yang melimpah, tidak dengan tingginya pangkat, jabatan atau kedudukan, bukan pula oleh silsilah keturunan, rupa yang cantik, kepopuleran, dan sifat-sifat fisik lainnya. Upaya apa yang dapat kita lakukan untuk menggabungkan diri kepada al-'Aziz, Yang Maha Agung, yang Maha Mulia, Kemuliaan didapat dengan kalimat toyyibah ditambah dengan amal sholeh. Amal-amal yang sholeh akan sampai kepada Allah jika ada kalimat toyyibah didalamnya. Amal-amal yang tidak disertai dengan kalimat toyyibah "dipertanyakan" sampai tidaknya kepada Allah. Kita adalah makhluk hina, terbuat dari air hina. Kotoran selalu saja ada dalam tubuh kita. Didalam mata, telinga, mulut, kuku dan sebagainya.

Alhamdulillah, kita telah dipertemukan dengan pangersa Abah yang telah mengajarkan kepada kita Kalimat Toyyibah, Laa Ilaha Ilallah. Jika Guru adalah sebuah lokomotif, maka kita adalah gerbong-gerbongnya. Meskipun gerbong yang jelek tetapi jika terkait, tersambung maka akan terbawa. Pangersa Abah seorang yang sudah mendapatkan kemuliaan, keagungan. Jika kita "Mengaitkan diri", Insya Allah kita akan terbawa mulia, terbawa agung. Amiin yaa robbal 'Alamiin.

0 Response to "MANUSIA AGUNG"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel




Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel